ALGITA PUTRI ARDHIYANTI - XI RPL 1
Areal persawahan seluas satu hektar milik Anas Tika, petani
teladan tingkat nasional di kecamatan cempa, kabupaten Pinrang Sulawesi selatan
ini terbukti tumbuh subur, hanya dengan mengandalkan pupuk organic dari bangkai tikus
yang telah dipermentasi tanpa menggunakan bahan kimia. Biji dan bulir padi
milik Anas bahkan tampak lebih subur dan lebih panjang meski tak mengggunkana
pupuk kimia yang harganya cukup mahal dan memberatkan petani. Karena temuannya
itu, Anas Tika kini digelari professor tikus oleh para petani di desanya.
Cara membuat pupuk tikus cukup sederhana. Bangkai-bangkai
tikus yang ditangkap dengan perangkap tikus raksasa yang dipasang Anas di
sekeliling areal perswahannya diolah dengan cara dipermentasi. Bangkai-bangkai
tikus ini dimasukkan ke dalam tiga sumur beton yang sudah disiapkan anas di
areal persawahan miliknya. Bangkai-bangkai tikus ini selanjutnya diberi air
agar proses penghancuran dan permentasi berlangsung singkat. Agar tulang beluang
tikus ini lebih cepat hancur anas meanfaatkan limbah seperti air kelapa, air
cucian beras, atau air cucian piring lainya dimasukkan ke dalam sumur
permentasi berukuran diameter satu meter..
Cairan bangkai tikus yang siap dimanfaatkan sebagai pupuk
ini kemudian dialirkan ke dalam sumur penampungan sebelum dialirkan ke areal
persawahan atau kebun yang akan dipupuk. Seperti pupuk halnya kimia, pupuk
tikus buatan Anas ini juga bisa membahayakan tanaman jika diberi cairan tikus
berlebihan.
Untuk meyakinkan warga dan siapa saja yang datang ke areal
persawahannya, Anas kerap mempraktekkan bagaimana pupuk dari cairan tikus ini
bisa menggemeburkan tanah dan menyuburkan tanaman. Tanah yang disiram dengan
cairan tikus langsung berubah hitam dan kecoklatan.
Pupuk alami yang sudah dipraktekkan dan dibuktikannya
sendiri sejak 1998 lalu. Penemuan pupuk tikus ini bermula ketika Anas yang
selama ini diresahkan hama tikus setiap musim tanaman, tanpa sengaja membuang bangkai-bangkai
tikus di bawah pohon dan tanaman lainnya. Setelah bangkai tikus hancur ternyata
menyuburkan tanaman di sekitarnya. Untuk membuktikannya Anas berkali-kali
membuang bangkai tikus di banyak tempat dan tanaman lain untuk meyakinkan jika
bangkai tikus berpotensi diaolah menjadi pupuk tanaman yang menyuburkan tanah
dan tumbuhan termasuk padi.
Temuan Anas ini semula dicibir para petani dan tetangganya.
Anas bahkan sempat dianggap gila dengan idenya meneliti tikus menjadi sumber
pupuk organic yang ramah lingkungan dan tidak merusak struktur tanah. Keingintahunnya
yang mendalam dan meneliti bangkai tikus menjadi pupuk organic menyebabkan Anas
hampir bercerai dengan istrinya sendiri lantaran anas dinilai stress, tidak
hanya oleh petani tetangganya, tapi juga keluarga termasuk istrinya sendiri.
Namun berkat keyakinannya, Anas yang hanya tamat SD ini
membuktikannya. Berkat hasil penelitinnaya itu anas pernah dinobatkan sebagai
petani teladan tingkat nasional dan mendapat kesempatan berkumpul dengan
presiden dan para menteri di istana Negara tahun lalu.
Berkat hasil penemuannya itu sejumlah petani lain di desanya
bahkan di kecamatan lain telah mempraktekkan temuannya. Meski karyanya kini
ditiru banyak petani lain, Anas mengaku senang karena jerih payahanya yang
semula dinilai sebagai perbutan manusia yang tidak waras kini malah ditiru
banyak petani lain. Bahkan sejumlah petani dari luar kabupaten seperti
endrekang, mamuju, polewali, barru, soppeng pernah datang berguru ke kelompok
tani Tanete yang dipimpin Anas Tika.
Ketua sanggar tani Tanete kecamatan cemnpa pinrang ini
bahkan kini tak hanya sibuk bertani, tapi juga sibuk memberi penyuluhan di
berbagai tempat soal hasil temuannya itu. Agar petani lain yang penasaran dan ingin
mempraktekkannya bisa langusng mengerti setelah mendapat penjelasan dari
sumbernya.
Dengan memanfaatkan pupuk oragnaik dari bangkai tikus ini
Anas mampu mengenjot produksi padinya 8 hingga 12 ton perhektar. Sementara petani
lain hanya mampu menghasilkan produksi gabah 6 hingga 7 ton perhektar. Dengan
penghasilan delapan ton perhektar saja Anas sudah bisa mengantongi penghasilan
hingga Rp 26 juta per sekali panen. Dengan mengeluarkan biaya pengolahan dan
sarana produksi lainnya seperti bibit, Anas mampu menyisihkan pendapatan bersih
hingga Rp 21 juta atau setara dengan gaji Rp 6,5 juta perbulan.
0 komentar:
Posting Komentar