Jumat, 02 Mei 2014

Membuat ice cream sendiri

Siapa diantara sobat sains yang tidak suka ice cream ? wah pastinya tidak ada kan, hampir setiap orang suka ice cream (bahasa kerennya eskrim). tapi sobat sains terkadang kalau kita makan eskrim yang kita beli di luar, belum tentu terjamin kebersihan dan bahan2nya.. nah oleh karena itu kali ini kita akan melakukan proyek sains membuat eskrim buatan sendiri, kalian bisa menamakannya sesuai keinginan kalian…

Alat dan Bahan :
    ice cream
  • 2 cangkir susu cair rasa apa saja (atau susu bubuk/kental yang sudah dicairkan)
  • 1 kantong plastik klep berukuran kecil
  • ¼ cangkir gula pasir
  • 2 sendok teh cokelat cair atau vanili
  • 4 cangkir es batu
  • ½ cangkir garam
  • 1 kantong plastik klep berukuran besar
  • Isolasi
bahan – bahannya sudah siap semua, mari kita lakukan sesuai dengan langkah2 di bawah ini….
  1. Tuangkan susu ke dalam plastik klep kecil dan tambahkan gula.
  2. Tambahkan cokelat cair, dan tutup plastik dengan rapat.
  3. Remaslah kantong plastik dengan tanganmu untuk mencampur bahan-bahannya. Pastikan semuanya tercampur rata.
  4. Masukkan 2 cangkir es dan ¼ cangkir garam ke dalam kantong besar, kemudian tambahkan lagi 2 cangkir es dan ¼ cangkir garam. Masukkan kantong kecil ke dalam kantong besar, benamkan ke dalam es hingga sebagian dari plastik tertutup es
  5. Tutup dan segellah kantong besar, dan mulailah mengocok ke depan dan belakang, ke atas dan bawah. Teruslah mengocok selama sekitar 15 menit. ‘
  6. Setelah 15 menit, buka kantong dan ice cream pun segera dapat dinikmati.
Sumber: http://percobaankirasyik.blogspot.com/

Percobaan Fisika Asyik: Bola Gula Api

Mungkin kamu pernah melihat pada suatu film ada adegan dimana terdapat bola api yang berterbangan. Atau kamu pernah melihat ada satu kesenian budaya di Indonesia, dimana ada sekumpulan orang-orang yang bermain sepak bola tapi bola yang digunakan terbakar oleh api (sebenarnya itu bukan bola. Melainkan batok kelapa). Nah, disini kita akan coba membuat salah satunya. Yuk langsung saja kita ke TKP

Alat dan Bahan
  1. Sebongkah gula batu berukuran sedang
  2. Abu yang berasal dari pembakaran kertas
  3. Korek api
  4. Lilin
  5. Wadah dari tutup kaleng atau sejenisnyaTang untuk menjepit gula batu atau sejenisnya
Langkah Pembuatan
  1. Jepitlah gula batu dengan menggunakan tang. 
  2. Lalu bakarlah pada lilin yang sudah kamu nyalakan. Perhatikanlah apa gula batu tersebut terbakar?  
  3. Sekarang, cobalah lumuri gula batu tersebut dengan abu kertas. Kemudian bakarlah pada lilin yang menyala. Apakah gula batu tersebut terbakar?
Penjelasan Konsep
Pada saat kamu membakar langsung gula batu tersebut, kamu dapati gula batu tersebut tidak akan terbakar. Mungkin hanya kamu lihat ada bekas hitam gosong. Tapi ketika kamu lumuri dengan abu kertas, kemudian kamu bakar, kamu akan dapati gula batunya dapat terbakar lho! Ini karena abu kertas yang menempel pada gula batu bersifat sebagai katalisator dalam proses pembakaran gula batu. Sehingga gula batu kini telah menjadi “gula api”.  Ingat, gunakan tang ketika membakar gula batunya.
sumber: http://percobaankirasyik.blogspot.com/

Cara Mengawetkan Telur Menggunakan Minyak Kelapa 

BAB I PENDAHULUAN 

Latar Belakang 
Daya simpan telur, khususnya telur ayam, amat pendek. Oleh karena itu perlu diperlakukan secara khusus jika ingin telur bisa disimpan lebih lama, apalagi bila menginginkan kondisi telur berada dalam keadaan segar. Salah satu upaya memperpanjang kesegaran telur adalah dengan mengawetkannya. Pengawetan telur segar sangat berguna dalam upaya mengatasi saat-saat harga telur tinggi. Untuk itu dicarilah upaya pengawetan telur yang mudah, sederhana, dan irit biaya. Telur dapat bertahan lama pada suhu yang dingin, misalnya dengan menaruhnya di lemari es.

Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana upaya mengawetkan telur tanpa harus dimasukkan ke dalam lemari es, melalui pemanfaatan bahan-bahan yang ada di kota Dumai dengan tidak mengeluarkan banyak biaya? 

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian karya ilmiah ini bertujuan: 
  1. Mencari upaya lain dalam pengawetan telur, khususnya pada masyarakat yang belum memiliki alat pendingin seperti lemari es 
  2. Mencoba melakukan kegiatan ilmiah sebagai solusi menjawab persoalan yang muncul di tengah-tengah masyarakat, khususnya di kota Dumai 
Adapun manfaat penelitian ini amat berguna bagi masyarakat, karena bisa mengawetkan telur segar lebih lama, tanpa harus mengeluarkan banyak biaya.

Sistematika Penulisan 
Karya ilmiah ini terdiri dari 5 bab dan beberapa lembar lainnya. Bab I adalah Pendahuluan, yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, serta Sistematika Penulisan.

Pada bab II dijelaskan tentang Kajian teoritis, yang diuraikan atas penjelasan Kualitas Telur dam Komposisi Telur.

Bab III berisi Metode Penelitian, sedangkan bab IV dijelaskan tentang Hasil dan Pembahasan, yang diuraikan lagi atas Alat dan Bahan, Cara Kerja, dan Analisis.
Karya Ilmiah ini ditutup dengan bagian Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran. Sebagai pertanggungjawaban disertakan pula Daftar Pustaka.

Cuplikan diatas merupakan contoh karya ilmiah remaja yang akan membahas mengenai pengawetan telur dengan judul Cara Mengawetkan Telur Menggunakan Minyak Kelapa. Dengan melihat cuplikan diatas, saya berharap adik-adik memiliki sedikit gambaran mengenai apa itu karya ilmiah remaja yang merupakan salah satu dari karya tulis yang dapat disusun oleh adik-adik pelajar semua. Dari cuplikan diatas, contoh lengkapnya juga dapat adik-adik salin jika adik-adik mengikuti terus pembahasan ini sampai akhir. 

sumber: http://contoh-karya-tulis.blogspot.com/2013/03/kumpulan-contoh-karya-ilmiah-remaja-lengkap.html

Inovasi Remaja yang Membuat Decak Kagum

Senin, 18 November 2013 | 10:10 WIB
Yunanto Wiji UtomoKenny Reida Dharmawan dan Akbar Bagas Pramantya memamerkan sistem peringatan dini akan risiko kecelakaan yang dibuatnya, bernama AWAS.
KOMPAS.com - Menyaksikan kreativitas dan inovasi hasil riset para remaja, kita hanya bisa geleng-geleng kepala. Takjub, karena inovasi yang mereka hasilkan sederhana, tetapi menjadi solusi berbagai persoalan yang ada di masyarakat. Mereka pun masih berusia sangat belia, baru belasan tahun.

Naufal Rasendriya Apta R (15) dan Archel Valiano (15), misalnya, baru duduk di kelas IX SMP Islam Al Azhar 26, Yogyakarta. Namun, keduanya bisa menghasilkan karya yang membuat decak kagum pengunjung maupun dewan juri Kompetisi Ilmiah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) 2013.

Naufal dan Archel menawarkan helm untuk pengendara sepeda motor ataupun sepeda yang dilengkapi lampu sein atau rating di telinga kiri dan kanannya.

Mereka memodifikasi alat sensor yang dapat menghidupkan lampu sein di helm. Uniknya, pengendara cukup menggelengkan kepala ke kiri atau ke kanan saat hendak berbelok sesuai arah, maka lampu sein menyala. Jika sudah tidak dipakai, pengendara tinggal menganggukkan kepala ke depan dua kali, maka lampu sein akan mati.

”Kami buat helm ini supaya bisa mengurangi angka kecelakaan di jalan raya,” kata Naufal yang atas karyanya ini, dia diganjar menjadi juara kedua kategori National Young Inventor Award (NYIA) Ke-6.

Di ajang NYIA beragam karya ditawarkan siswa SD, SMP, dan SMA sederajat berusia 8-18 tahun. Untuk mengatasi kejahatan, misalnya, siswa SMAN 6 Yogyakarta menawarkan gelang anti-penculikan dengan sensor alarm otomatis dan sandal antimaling. Ada juga sistem pengamanan terhadap benda pasif maupun aktif tanpa menggunakan kunci yang ditawarkan siswa SMA Dharma Karya, Tangerang Selatan.

Siswa SMAN 6 Yogyakarta juga membuat 3 in 1 shoes, yakni sepatu yang bisa dimodifikasi untuk tiga penampilan, iBlind yakni komunikasi melalui layanan pesan singkat (short message service/SMS) berformat huruf braille untuk penyandang tunanetra yang juga tunarungu. Ada pula kursi roda hidrolik yang memudahkan penyandang cacat untuk pindah sendiri ke tempat tidur tanpa bantuan orang lain.

Putri Khusna Millaty, siswa MAN 2 Kudus, Jawa Tengah, menciptakan alat pembelah durian. Cara kerja alat ini mengikuti prinsip payung terbalik.

”Anak nakal”

Menjadi juara dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) dalam Kompetisi Ilmiah LIPI, bagi para peserta, bukan sekadar meraih hadiah dan piagam penghargaan. Tantangan terberat justru melawan rasa takut, ejekan orang lain, sulit mencari pembimbing, hingga terbatasnya fasilitas.

Naufal dan Archel yang masih SMP, umpamanya, sempat merasa takut menghadapi peserta lain yang umumnya siswa SMA/MA tersohor.

”Menyuntikkan semangat kepada mereka butuh kesabaran,” kata Ferry Kurniawan, guru Fisika SMP Islam Al Azhar yang juga pembimbing Naufal dan Archel.

Tak hanya juara dalam mengatasi ketakutan, mereka juga juara karena bisa mengatasi penolakan dari pimpinan sekolah yang meragukan potensi dua remaja yang dicap ”anak nakal” di sekolahnya.

Ferry mengisahkan pimpinan sekolah yang lama sempat menolak Naufal dan Archel mewakili sekolah untuk ikut Kompetisi Ilmiah LIPI. Pimpinan sekolah tersebut menganggap yang layak dikirim adalah anak-anak yang juara. Sebab, prestasi Naufal dan Archel di kelas biasa-biasa saja dan suka usil sehingga dicap ”anak nakal”.

”Sebenarnya mereka punya potensi yang bagus untuk eksperimen. Itulah yang saya lihat di diri mereka,” kata Ferry. ”Keberhasilan Naufal dan Archel ini akan jadi inspirasi buat banyak orang,” tambah Ferry.

Bogie Soedjatmiko Eko Tjahjono, Ketua Pelaksana Kompetisi Ilmiah LIPI 2013, mengatakan hasil karya di ajang NYIA berpotensi paten. Karya tersebut berpotensi untuk diproduksi massal. Sayang, belum banyak perusahaan yang melirik potensi peneliti remaja ini. Meski demikian, ada pula hasil-hasil inovasi remaja yang kemudian diproduksi massal seperti helm berpendingin.

Ajang penelitian remaja oleh LIPI ini tak hanya didominasi peserta di bidang sains dan teknologi. Para remaja yang berminat di penelitian sosial juga mendapat tempat dalam LKIR dan Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia (PPIR)

Di ajang LKIR yang memasuki penyelenggaraan ke-45, minat peneliti remaja memasukkan karya cukup tinggi, lebih dari 1.000 karya tahun ini.

Rizki Muliyawati dan Dea Despianti, siswa SMAN 1 Muncang, Lebak, Banten, misalnya, melakukan penelitian terhadap para petambang pasir tradisional di Haurgajrug Cipanas, Kabupaten Lebak, Banten. ”Saya harus bertahan di sekolah sampai malam untuk membuat laporan penelitian karena di rumah tidak ada komputer dan laptop,” ujar Rizki yang meraih juara kedua LKIR kategori Ilmu pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan.

”Indonesia harus memperhatikan remaja-remaja hebat ini. Menyalakan semangat mereka agar terus berkarya,” kata Kepala LIPI Lukman Hakim. (KOMPAS CETAK)
sumber: http://sains.kompas.com/read/2013/11/18/1010241/Inovasi.Remaja.yang.Membuat.Decak.Kagum
Editor: Yunanto Wiji Utomo